Jumat, 08 Oktober 2010

7 Hari Keliling "Surga"




17 - 23 September 2010...

Untuk pertama kalinya, saya keliling Lombok. Seorang diri. Tujuh hari di luar rumah tanpa kontak sedetik pun dengan orang tua. Setelah pulang, barulah alasan bapak mengemuka, "Karena saya tidak ingin mengganggu Fatah. Biar fokus pada perjalanannya." Saya tersentuh dan itu salah satu ucapan bapak yang berkesan bagi saya.

Saya berani keliling Lombok sendirian karena terpengaruh oleh buku-buku traveling yang sejak tiga tahun lalu hingga sekarang menjadi santapan incaran saya. Saya terinspirasi oleh para penulis yang sekaligus pejalan itu. Mulai dari Marina Silvia K., Imazahra, Gola Gong, Andrea Hirata, Agustinus Wibowo, Trinity, Mata Tita, hingga Fadel Mohammad, dan penulis buku-buku panduan traveling lainnya seperti Sihmanto dan Rini Raharjanti. Merekalah yang selama ini menyuntikkan 'obat' agar saya melangkah keluar dari kamar yang nyaman. Berjalan-jalan. Menjelajah. Mencari 'sesuatu' di luar teks yang lebih dominan saya tekuni. Mengalami secara langsung.

Hingga, saya berkesempatan menghabiskan liburan semester di kampung halaman: Lombok. Bertemu sanak saudara, teman-teman. Bermain-main dan pergi berlibur dengan kawan-kawan yang datang dari Surabaya. Menghabiskan 19 hari magang di Lombok Post. Berpuasa sebulan penuh di Lombok (kesempatan yang langka selama 4 tahun saya kuliah di Tanah Jawa). Dan, seminggu setelah lebaran, saya pun mulai mengarungi Lombok: tanah kelahiran saya sendiri.

Tidak penuh jalan kaki. Karena saya juga dalam rangka bikin buku panduan jalan-jalan. Ditantang oleh seorang editor penerbit yang memang sedang giat-giatnya menerbitkan buku panduan jalan-jalan hemat. Berbekal modal Rp 600 Ribu, saya mulaikan perjalanan mengesankan itu.

Sekadar empat kilometer, masih bisa saya tempuh dengan jalan kaki. Tapi, sebisa mungkin saya juga tidak terlalu 'menyiksa' diri. Kalau memang ongkos kendaraannya murah, saya naiki. Meski terkadang, untuk makan, saya sedikit ber'ikat pinggang'. Pengeluaran saya paling banyak untuk penginapan. Andaikan ini jalan-jalan yang bersifat backpacking suka-suka, saya mungkin mengusahakan untuk tidur di, katakanlah: rumah penduduk atau tempat ibadah.

Baik, ini sekadar uneg-uneg saja. Sebelum saya melanjutkan kembali menulis buku saya tersebut. Doakan!