Minggu, 21 Februari 2010

[Puisi] Novel Sebiji, Snack Segenggam


Aku berjalan,
mengikuti arus malam,
di pundak tersampir jaket hitam,
tertenteng di tangan kanan,
sebuah helm berisi
novel sebiji,
snack segenggam.

Di bentara elit perumahan,
kuputuskan menyesatkan diri,
membiarkan langkahku menyusuri,
hingga dua anjing tertarik menggonggongku,
merengsek ingin merobek pagar.

Aku takut galaknya anjing.
Bukan anjing galak.

Keringat mulai terbubuh di punggung,
kaosku basah,
padahal sepoi angin menerpa,
ingin halau gerah.
Takkan bisa, pikirku.
Sebab, pentol-pentol bakso kepala sapi,
yang kumakan setengah jam yang lalu,
sedang terolah menjadi energi,
oleh gerakku.

Kuberjalan di sisi sungai, kini.
Jika ke kontrakanku,
tinggal seberangi jembatan itu!
Namun, aku memilih melewatinya.
Terus mengukur jalanan kampung
(bukan elit perumahan lagi).

Aku menuju warung.
Warung internet.
Mengeposkan ketikanku di ponsel ini
ke blog-ku.


*gambar diangkut dari http://whitemonkeynewsbureau.wordpress.com/ *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar