Rabu, 09 Juni 2010

Wanna Be More Than A Walkpacker


Sebagai permulaan, blog ini memang khusus aku dedikasikan untuk diriku sendiri – sang pejalan kaki. Pejalan kaki yang bukan sekadar memiliki makna harfiah, namun lebih dari itu. Pejalan ‘kaki’ kehidupan. Aku tahu, ini terlalu filosofis. Tapi, aku tak akan menolak kefilosofisan itu. Bukan berarti aku bangga karena suka memikirkan sesuatu yang agak berat. Ini hanyalah menifesto bersyukurku atas pemberian Tuhan yang bernama pikiran.

Blog yang berisi sekumpulan catatan, renungan, entahlah namanya. Remeh-temeh kelihatannya sekilas. Jalan kaki. Apa yang menarik dari aktivitas keseharian itu?

Aku tak menyanggah kalau aku juga ingin melakukan perjalanan kaki yang lebih dari ‘biasa’nya. Aku ingin seperti Agustinus Wibowo – yang dijuluki The Explorer – dalam bukunya ‘Selimut Debu’. Aku ingin seperti Mbak Imazahra, seorang kawan di jagad blogoshpere, yang menginspirasiku dengan keberaniannya backpacking ke berbagai negara (beberapa hari yang lalu, dia baru saja balik dari Afrika). Aku juga ingin mencicipi – kalau bisa menapaktilasi perjalanan sutera seorang Marcopolo. Aku ingin merasakan petualangan perjalanan Trinity, Gola Gong, Marina Sylvia, Diah Marsidi, Andrea Hirata, Tony Wheler, dan semua pejalan yang namanya tidak kuingat – tercantum di sampul depan sebuah buku ataupun terpendam di lembaran-lembaran buku bertema petualangan.

Aku akan menjadi salah satu di antara mereka. Aku akan menorehkan namaku di situ.

Aku tahu kalau aku sedikit menyimpan iri pada Jamal, Dinda, Maria, juga Rani – keempat kawanku seangkatan di HI yang sedang dan sudah pasti akan berangkat ke luar negeri. Aku juga sempat ‘panas’ ketika mengetahui informasi bahwa salah satu adik kelasku di SMA yang kini berkuliah di HI UI, telah sempat menapaki Taiwan beberapa waktu yang lalu.

Bahwa yang harus aku sadari adalah: kesempatan itu belum datang padaku. Masalah mereka lebih pintar dan berprestasi alias di atas rata-rata, aku harus mengakui hal itu. Namun, bukan berarti pejuang mimpi sepertiku juga tidak bisa seperti mereka. Ini hanyalah masalah waktu dan usaha saja. Aku perlu menerapkan kata-kata mantra yang diucapkan oleh salah satu penulis favoritku, Ahmad Fuadi, “Going the extra miles!” AKU PERLU MELAKUKAN SESUATU DI ATAS RATA-RATA!!!

Aku sedang memotivasi diri. Sah-sah saja, bukan? Di saat aku ingin menggapai sesuatu dan merasa diriku belum berbuat maksimal, maka satu-satunya cara adalah melakukan sesuatu lebih keras. Karena aku ingin menjelajahi dunia, maka aku tidak boleh berpuas diri hanya sekadar menjadi pejalan kaki biasa. Semua orang telah melakukan itu. Nah, tinggal bagaimana caranya aku bisa menggunakan kedua kakiku ini untuk melakukan sesuatu yang tidak seperti biasanya. Tidak menapakkan kaki di rute yang biasanya.

Aku harus berani keluar dari zona nyaman!

Aku tidak boleh berpuas menjadi pejalan kaki biasa!

Karena ketika aku sudah berpuas, maka segalanya akan kandas!

Kandas berarti diam berarti mati.

Tidakkah kau marah pada dirimu saat itu terjadi?

1 komentar:

  1. Fatah..ini blognya baru ya?
    kapan2 nulis ttg Lombok ya. kan kmrn katanya mau bagi2 info ttg wisata sana dari sisi Fatah.

    BalasHapus