Selasa, 16 Juli 2013

[Yamaha Mio Music Fest 2013] Musik Sebagai Perekat Aktivitas Menulis dan Jalan-Jalan




(Sumber: http://www.arcane.org)

Saya doyan menulis. Saya juga suka banget jalan-jalan. Saat ini saya sedang menghidupi impian saya menjadi penulis perjalanan (travel writer). Sebagai orang yang sering berkutat di depan laptop atau melakukan perjalanan untuk mencari bahan tulisan, tak ada yang teman yang paling asyik menemani saya kecuali musik. Mengapa?
Sebagai orang yang menenun kata-kata untuk dijadikan tulisan, saya kadang butuh suasana yang privat. Meski saya bisa menulis di tempat yang ramai atau bising, tapi jarang sekali berhasil saya lakukan. Untuk itu, saya lebih suka menulis di tempat yang sepi dan tenang. Jauh dari hingar-bingar yang bisa merusak konsentrasi.
Tetapi, biar tidak kesepian kendati menulis di tempat yang sunyi, saya kerap memutar musik. Klik iTunes, misalnya, lalu saya mainkan daftar lagu kesukaan saya. Saya biasanya memilih lagu-lagu yang bisa membangkitkan mood yang iramanya agak semarak. Biar otak ini bisa ON terus dan jemari bersemangat mengetik.
Jenis musiknya apa? Saya tidak membatasi diri mendengar jenis atau genre musik tertentu. Bisa rock, pop, jazz, RnB, bahkan musik instrumen klasik, macam Beethoven. Asalkan easy listening, saya akan memutarnya. Tapi, sebisa mungkin saya menyetel lagu berbahasa Inggris yang kemungkinan besar tidak saya hafal lirik lagunya. Mengapa? Kalau saya hafal lirik lagunya, saya malah akan ikut bernyanyi dan konsentrasi saya bisa terbelah. Makanya, saya cenderung menikmati musiknya, alih-alih liriknya.
Begitulah, musik bisa jadi peneman saya ketika menulis. Bagaimana jika mood saya kurang bagus? Musik pula yang jadi booster-nya! Saya akan istirahatkan sejenak tubuh saya, sembari mendengar musik yang bisa menenangkan pikiran, iramanya lembut, dan tidak terlalu ramai instrumen. Ketika energi di otak saya telah tersuplai kembali oleh musik yang saya dengar, maka saya pun menulis kembali.
Oya, kadang ketika saya merasa malas menulis, saya juga memutar video musik lho! Tapi, bukan sembarang video musik yang saya mainkan. Tapi, video musik yang ada penyanyi-penyanyi Indonesia yang masih muda tapi bertalenta luar biasa. Misalnya, saya pernah menggebu-gebu semangat menulis dan berkarya hanya gara-gara memutar berkali-kali video musik Sandhy Sandoro dan dua bersaudara Audrey & Gamaliel. 
 
Ketika Sandhy Sandoro bernyanyi di 'New Wave Festival', Latvia, pada 2009

Mengapa dua musisi itu? Sandhy Sandoro kan pernah memenangkan kompetisi bernyanyi di Eropa Timur 'New Wave Festival' pada 2009. Lagu ‘When A Man Loves A Woman’ milik Michael Bolton yang mengantarkannya menjadi juara itu benar-benar membakar semangat saya. Bukan hanya karena suara seraknya yang gahar dan mampu menggelegarkan panggung spektakuler yang bergengsi itu. Tapi, juga ia bisa membuktikan bahwa sebagai penyanyi Indonesia, ia bisa unjuk gigi di luar negeri dan menjadi pemenang. Nah, spirit juangnya itulah yang saya tiru, bahwa ia masih muda, punya talenta luar biasa, dan bisa jadi jawara. Kalau Sandhy Sandoro bisa memberikan teladan dan konsistensi yang hebat di bidang musik, saya pun seharusnya bisa di bidang menulis! 

Audrey & Gamaliel di panggung Harmoni SCTV 


Bagaimana dengan Audrey & Gamaliel? Dua bersaudara yang kini bergabung dalam trio Gamaliel, Audrey, & Cantika itu, membuat saya yang masih muda ini juga merasa terbakar. Mereka masih muda, tak bosan aktualisasi diri lewat Youtube, menghibur penonton dunia maya, dan akhirnya naik ke atas panggung Harmoni di SCTV. Saya melihat mereka berdua, tak henti-hentinya saya iri. Iri yang saya kelola jadi energi positif. Mereka bisa demikian di jalur musik, maka saya pun harusnya bisa sehebat mereka di jalur menulis!
Oke, selain musik sebagai peneman dan pembangkit energi saya ketika menulis, musik juga peneman setia saya ketika melakukan perjalanan (traveling). Bagaimana tidak? Kadang ketika melakukan perjalanan panjang dengan bus atau kereta, jika sudah merasa cukup puas memandang keluar jendela atau bercakap-cakap dengan penumpang lainnya, maka musik bisa jadi pelarian. Musik jadi peninabobo saya. Pengantar tidur. Bahkan, pada sesi-sesi perjalanan tertentu, ada musik yang menjadi soundtrack perjalanan saya. Ketika traveling ke Lombok tahun 2011, bisa-bisanya Someone Like You-nya Adele menjadi soundtrack perjalanan saya dan teman-teman. Kok bisa? Iya, selain karena sedang jadi hit juga karena suasananya memang sedikit galau...
Juga, ketika sedang mendengar lagu yang dinyanyikan Ipang yang berjudul Apatis, saya pun bisa jadi merasa optimis memandang hidup. Optimis untuk melakukan perjalanan. Optimis untuk meraih impian-impian. Begitu pula ketika mendengar lagu-lagunya Anggun yang berkarakter kuat, tangguh, dan kadang mampu mengamplas emosi.
Lebih-lebih, saya pun termasuk suka menyanyi. Paling tidak di kamar mandi. Hebatnya adalah, ketika saya menyanyi, saya bisa melepaskan stres. Ide-ide menulis pun hadir deras seiring dengan guyuran air yang jatuh di kepala saya. Sehingga, acap kali saya pengin cepat-cepat keluar dari kamar mandi dan menuangkan segera ide yang berkelabatan di otak saya.
See? Sudah jelas kan kalau musik begitu berdampak positif buat saya. Musik tidak hanya bisa mengasah kepekaan, menyuntikkan semangat, mengatur emosi, tapi juga bisa bikin kegiatan menulis saya jauh lebih hidup.
Makanya, ketika saya tahu ada Yamaha Mio Music Fest yang merupakan kompetisi musik anak muda terbesar se-Jatim, saya mendukung sekali. Itu bisa menjadi ajang yang positif bagi anak muda yang sedang butuh aktualisasi. Anak muda yang berenergi besar dan butuh penyaluran. Saya kira musik bisa jadi jawabannya.
Jika Sandhy Sandoro, Audrey & Gamaliel, juga saya bisa merasakan manfaat musik yang begitu besarnya, saya yakin anak muda yang lain pun begitu. Lewat Yamaha Mio Music Fest, salah satunya.
Ayo, dukung anak muda Indonesia untuk bermusik dan berkarya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar