Jumat, 22 Januari 2010

Kenapa Walkpacking?


Istilah yang baru kita dengar atau baca, seringkali membuat kening berkerut dan bertanya-tanya, "Ini artinya, apa?" atau "Maksudnya?". Namun, bagi Anda yang gemar bermain kata, mencoba menerka sebuah istilah baru, sungguh mengasyikkan. Nah, kalau begitu, bisa Anda artikan kan walkpacking itu, apa?

Yang suka traveling atau backpacking pasti sudah bisa menemukan artinya. Yup, walkpacking merupakan gabungan dari dua kata: 'walk' dan 'packing'. Walk berarti, berjalan. Packing berarti, menyiapkan barang-barang di tas. Singkatnya, walkpacking artinya berjalan-jalan (kaki) dengan bawaan. Halah. Kacau nih interpretasi saya. Hehehe...

Yang membedakannya dengan backpacking, apa? Ada dong! Kalau backpacking, biasanya bepergian ke suatu tempat (biasanya situs wisata) dengan ciri-ciri: ransel di punggung, bisa jalan kaki atau dengan kendaraan umum tertentu asalkan ekonomis, dan biasanya sih murah meriah. Backpacking sedang jadi 'demam' sekarang. Ngetren. Tengok saja buku-buku yang mengisahkan para backpacker yang sekarang punya rak khusus sendiri di toko-toko buku. Setelah itu, muncul gelombang orang-orang yang juga ingin melakukan backpacking. Termasuk saya! :)

Lantas, karena hingga saat ini, jejak rekam backpacking saya masih belum begitu banyak, maka penamaan itu pun saya ganti dengan walkpacking. Mengapa? Sebab, saya lebih sering melakukan aktivitas ini. Berjalan kaki, bukan untuk ke situs-situs wisata, melainkan terkadang untuk sesuatu yang tidak jelas. Ya, sekadar berjalan kaki saja. Saya pun sepertinya perlu berterima kasih pada Hariyono, teman saya, yang telah menginspirasi dengan membuat istilah ini :)

Kenapa walkpacking?

Karen saya suka jalan-jalan (kaki). Seperti yang telah saya jelaskan pada tulisan sebelumnya. Saya menyukai aktivitas ini dengan 'terpaksa' sejak kuliah di Tanah Jawa. Kok, bisa? Ya, karena saya memang tidak diberikan izin oleh bapak untuk membawa sepeda motor. Bisa saja saya memaksa sehingga hati bapak luluh dan izin pun keluar. Tapi, saya mulai berpikir ulang mengenai resiko, biaya, sampai akhirnya pada pertimbangan lingkungan (lebih tepatnya, isu pemanasan global). Akhirnya, saya pun tidak 'ngebet' agar dikirimkan sepeda motor. Justru, saya ingin bersepeda ontel saya. Hingga menunggu dana terkumpul, ya...cukup berjalan kaki saja.

Kenapa walkpacking?

Karena saya punya dua kaki yang ingin saya manfaatkan seoptimal mungkin. Saya baru saja teringat untuk menuliskan alasan ini. Namun, sebelum-sebelumnya, ketika saya terserang penyakit malas berjalan (terlebih lagi, malas olahraga) sehingga bergantung pada keberadaan sepeda motor, saya pun berpikir, lama-lama saya tidak akan kuat berjalan. Apalagi karena saya memang memendam cita-cita untuk keliling dunia. Nah, jikalau saya tidak melatih kedua kaki saya untuk berjalan lebih aktif lagi, bisa saja saya akan cepat kelelahan hanya untuk menempuh jarak 2 km. Itu ingin saya hindari.

Kenapa walkpacking?

Ini kegiatan murah meriah. Berjalan kaki. Aktivitas yang remeh kelihatannya, tapi sempat membuat saya bangga oleh iklan sebuah susu formula di televisi. Berjalan kaki 1.000 langkah bisa mengurangi resiko terkena osteoporosis. Yup!!! Saya ingin mencegah hal itu terjadi pada saya, meskipun resiko terbesarnya menyerang perempuan. Tidak ada salahnya. Apalagi ini tidak berbayar. Hanya capek saja? Ya, tapi kan bisa diganti dengan men-charge lewat asupan makanan dan minuman. Kalau misalnya Anda malas berlari-lari atau melakukan kegiatan di gym, berjalan kaki di sekitar kompleks perumahan bisa menjadi solusi.

Kenapa walkpacking?

Anda punya alasan sendiri? Feel free to share here! :)


*gambar dicomot dari http://www.newscientist.com/*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar